Wednesday 30 December 2015

Meaningful Holiday

Bismillah.


Libur kali ini berbeda. Selain intensitas harinya berkurang, peristiwa demi peristiwa yang terjadi pun berbeda. Entah, mungkin Allah meminta saya untuk memuhasabah diri.

Hari-hari sebelum liburan datang, saya sudah menyiapkan segudang rencana, dan menyusun dengan rapi apa saja yang ingin saya lakukan di liburan nanti. Namun ternyata Allah berkehendak lain. Abi, satu-satunya orang yang bisa mengantar saya, dan kami sekeluarga berlibur kemana saja, diberi cobaan oleh Allah atas remuknya tulang telapak kaki kiri Abi. Qadarullah. Siapa yang bisa menyangka akan terjadi seperti ini bila sudah ketetapan-Nya. Alhasil, rencana untuk pergi ke kampus dan beberapa tempat lainnya pun dibatalkan.

Namun justru dari sanalah saya jadi semakin banyak Birrul Walidain, kepada Abi, kepada Ummi. Sedih karena melihat kondisi Abi saat ini sampai kurang lebih enam bulan kedepan itu pasti, tetapi Abi pasti akan lebih sedih jika melihat anak-anaknya bersedih. Itu alasan saya untuk tetap kuat dan tegar membantu Abi dan Ummi selama sepekan ini.

Saya juga banyak belajar tentang ketulusan cinta yang tergambar jelas dari sikap Ummi. Dengan hati-hati, Ummi selalu membopong Abi ketika berjalan, menyuapi makanan, dan masih banyak lagi. Padahal, saya tahu raga Ummi tidak sekuat dahulu –karena Ummi sudah semakin tua-. Ditambah dengan banyaknya tamu yang menjenguk Abi. Saya merasakan betul, dan jelas melihat raut wajah Ummi yang sangat lelah. Tetapi senyum yang tersungging di bibir Ummi mengatakan bahwa Ummi tak ingin terlihat lelah.

Suatu hari saya berkata, 
“Mi, jadi nggak pingin balik ke pondok. Baliknya telat aja ya mi, izin ustadzah..”

“Lho, kenapa kok pingin balik telat?”

“Pingin bantu Ummi. Besok, dik Aufa juga balik ke pondok. Ummi nggak ada yang bantu..”

“Ya nggak seperti itu, Lif. Ummi juga pingin anak-anaknya pinter, cerdas. Kalau bantu Ummi terus di rumah nanti nggak jadi pinter.”

“Ya.. Waktunya libur, ya libur.. Waktunya kembali, ya kembali nduk.. InsyaAllah Allah sudah mengatur semua. Doanya Alifa saja untuk Abi, untuk Ummi, untuk adik-adik..”

Saya tercekat. Speechless.

Libur kali ini juga mengingatkan saya akan memori tahun lalu. Dimana saya dan keluarga menghabiskan waktu liburan bersama di kota wisata. Dan tahun ini, kami menghabiskan waktu libur bersama di rumah. Alhamdulillah ‘alaa Kulli Haal.

Allahummasyfi Abi. Get well soon, Abi.
Love Abi Ummi 



Tuesday 29 December 2015

A Part of My Dream Journey #1

Bismillah
Rabu, 9 Desember 2015.

Cerita ini bermula ketika teman saya Faizah, izin pulang lebih cepat dari waktu perpulangan yang telah ditentukan pondok. Ada sedikit rasa ingin tahu mengapa ia pulang lebih dulu.

Setelah mencari informasi ke sana-sini, barulah saya paham alasan ia pulang lebih cepat. Ia akan mengikuti program tahfidz selama satu bulan di kota nun jauh disana. Entah mengapa ada sedikit rasa kehilangan akan sosoknya. Padahal jelas saya tahu, nantinya ia akan kembali lagi.

Jum’at 11 Desember 2015.

Ketika saya berbincang dengan salah seorang teman seusai shalat isya’ di musholla, pandangan saya tertuju pada Aisyah, adik kelas yang beda tiga tahun dengan saya. Lalu ia berjalan menghampiri saya.

“Mau pulang, Syi?”
“Iya ukh, pamit ya..” Jawabnya.
“Iya.. Kapan balik ke pondok lagi?”
“Sekitar tanggal 13-an InsyaAllah.”
“Kok lama banget?” Saya sedikit kaget.
“Mau ikut Super Manzil di Bogor itu, ukh..”
“Ya Allah...” Saya masih tidak percaya.
“Semoga sebelum lulus aku udah hafal 15 juz, kalau bisa lebih.” Kata Aisyah sambil tersenyum.
“Pamit ya, ukh.. Doakan aku..” Katanya lagi sambil memegangi tanganku.
“Hati-hati ya Syi.. Baik-baik disana..”

Aisyah tersenyum dan pergi.

Lagi-lagi ada sedikit rasa kehilangan dalam hati saya. Padahal sekali lagi saya tahu, bahwa Aisyah akan kembali setelah selesai mengikuti program tahfidz itu, seperti Faizah.
Setelah selesai berbincang dengan teman saya di musholla, saya lekas pergi untuk kembali ke kamar. 
Dalam perjalanan pulang menuju kamar, saya bertemu lagi dengan Aisyah.

“Belum berangkat, Syi?”
“Belum, ukh..”
Tiba-tiba ia memeluk saya. Erat. Saya hampir meneteskan air mata.
“Doakan aku ya, ukh..”
“InsyaAllah..”

Entah mengapa, malam itu saya merasa kehilangan akan dua sosok seperjuangan di pondok ini hanya karena mereka akan berjuang menggapai mimpi masing-masing.
Saya termenung di teras depan kamar, masih saya lihat Aisyah membereskan barang-barang dan memasukkannnya ke mobil.

Saya berteriak.
”Hati-hati, Syiii...”
“InsyaAllah.. Doakan aku nyusul Ukhti Alifaa...” Katanya sambil berteriak pula.
Dan mobil yang mengantarnya pulang pun pergi.

Sungguh, malam itu saya banyak merenung. Me-rethought pikiran dan asa yang sempat tenggelam. Faizah dan Aisyah berkorban dan berjuang untuk meraih impian, sedangkan saya? Masih duduk terdiam dalam lamunan.

Ya Allah, apakah ini bentuk teguran-Mu untukku?
Teguran atas segala keputusasaanku selama ini?

Untuk kalian, Faizah dan Aisyah, sosok yang mengingatkan saya akan harapan..
Terimakasih telah memberiku semangat atas kepergian, perjuangan, dan pengorbanan kalian. Semoga Allah memudahkan segala urusan.
Semoga Allah memudahkan kita dalam menjaga setiap kalam-Nya.



Monday 28 December 2015

Inspiring People

Bismillah

Berbicara tentang hidup, berbicara pula tentang Inspiring People yang telah banyak memberikan inspirasi-inspirasinya secara langsung maupun tidak langsung kepada saya. Inspirasi-inspirasi yang membuat saya paham akan makna hidup dan segala perjuangan yang ada didalamnya.

1.      Rasulullah SAW

Tak usah ditanya, tentunya semua umat islam akan berkata “Rasulullah adalah tauladan kami”. Ya. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pembawa risalah terakhir yang Allah utus untuk menyempurnakan seluruh akhlak manusia ini adalah nabi yang bersifat ma’shum, yakni terbebas dari dosa. Jadi, merupakan sebuah keharusan bagi kita untuk bisa meneladaninya. Semoga kita selalu istiqamah dalam menjalankan segala perintah-Nya dan sunnah Rasul-Nya.

2.      Abi (Ayah)

Semoga pembaca sekalian tidak bosan karena tulisan-tulisan saya sering bertema “Orang Tua”. Tapi memang begitu adanya. Bagi saya, Abi dan Ummi adalah inspirasi terbaik dalam hidup saya setelah Rasulullah tentunya.

Suatu pagi, Abi sedang membersihkan atap rumah yang sudah lama kotor dan tidak dibersihkan. Ketika itu, saya, ummi, dan kedua adik saya sedang beraktivitas di dalam rumah.

Tiba-tiba, kami dikagetkan oleh suara  atap runtuh.
Innalillah! Abi jatuh dari atap rumah. Sontak kami kaget. Para tetangga yang mendengar suara itu pun mendekat ke rumah saya dan membantu Abi untuk bangun.
Ummi, saya, dan kedua adik saya juga ikut keluar. “Ya Allah, Bi..” Ummi memekik.
Saya shock.

Abi terbaring dan terlihat masih shock. Sambil memegang kakinya dengan kesakitan, abi meminta tolong kami untuk mengambilkan air minum. Ada beberapa bagian telapak kaki yang lecet. Para tetangga ikut membantu mengambilkan obat merah untuk mengobati lecet di kaki Abi.
Abi masih memegang kakinya sambil sesekali merintih kesakitan.
Para tetangga menyarankan agar Abi dibawa ke ahli tulang terdekat, barangkali tulang kakinya bermasalah akibat menumpu badan agak lama sebelum Abi terjatuh dari atap. Abi setuju.

Singkat cerita, ternyata tulang kaki kiri abi remuk dan agak parah.
Keputusan dokter, kaki kiri Abi harus dioperasi dan perawatan selama enam bulan, serta harus menggunakan ‘krek’ untuk membantu berjalan. Allahuakbar!

Dan dalam keadaan seperti itu, Abi masih sempat berkata “Wah, nggak jadi jalan-jalan, Lif..” What an amazing Abi! Karena sebelum kejadian itu, Abi memang mengajak kami sekeluarga jalan-jalan bersama.

Setelah kejadian itu saya berfikir, ‘Selama enam bulan, abi nggak bisa nyetir mobil, naik motor, dan nggak bisa banyak beraktivitas.’ Ya. Allah mengambil kenikmatan itu dari kami selama beberapa bulan kedepan. Musibah ini adalah pelajaran besar bagi kami bahwa sebenar-benar tempat bergantung dan bertawakkal hanya kepada Allah. Fatawakkal ‘allallah.

Subhanallah..
Dari kejadian itu pula, saya semakin me-muhasabah diri saya bahwa Abi dan Ummi sudah semakin tua. Uban di kepala Abi sudah semakin banyak, tetapi saya –anak pertama yang menjadi harapan besar keduanya- masih begini-begini saja.

Abi adalah motivasi terbesar saya untuk menjadi anak dan wanita shalihah yang kemanfaatannya dibutuhkan oleh ummat.

Abi adalah pahlawan luar biasa yang Allah kirim dalam hidup saya.

Abi adalah salah satu inspirasi terbaik yang pernah saya temui dalam hidup saya.

Salah satu nasihat Abi yang selalu saya ingat, “Kamu belajar yang sungguh-sungguh biar jadi orang sukses dan bermanfaat. Tentang uang, biar Abi Ummi yang nyari. Nggak ada kelezatan kecuali setelah bersusah payah, Lif. Kamu harus lebih sukses dari Abi!” – Terharu.

Semoga, Alifa bisa menjadi seperti yang Abi, Ummi, dan Alifa harapkan.
Semoga, Alifa bisa menjadi Qurrata A’yun untuk Abi dan Ummi.
Semoga, Alifa dan adik-adik bisa memakaikan mahkota kemuliaan di Jannah-Nya kelak.

Allahummastajib du’aanaa.
Allahumma Rabbannaas, Adzhibil Baas, Isyfi Abi Antasy Syaafii, Laa Syifaa Illaa Syifaauka, Syifaa’an Laa Yughaadiru Saqaman.

3.      Ummi (Ibu)

Salah satu inspirasi terbaik selanjutnya adalah Ummi, ibu saya. Terutama dalam hal berdakwah. Saya acungkan dua jempol untuk Ummi.
Walau mengurus tiga anak yang berbeda jenis, watak, kebiasaan dan lain-lain dengan susah payah, tak menyurutkan langkah Ummi untuk berdakwah ke sana-sini.
Mengisi pengajian dari rumah satu ke rumah yang lain tanpa mengesampingkan amanah sebagai seorang istri dan ibu dari tiga anaknya. Subhanallah!

Ummi pula yang sering menguatkan saya, ketika saya sedang futur di pondok.
“Sudah tinggal setahun nduk, di pondok. Ayolah, dimaksimalkan, dikuat-kuatkan.. Doa Ummi, Abi, adik-adik InsyaAllah selalu menyertai Mbak Alifa disana.”
Semoga saya bisa meneladani jiwa berdakwah Abi dan Ummi yang tidak mengenal teriknya matahari {}

Thanks Allah, for giving me The Super Heroes, Abi and Ummi.

Thanks a lot Abi, Ummi for being My Best Inspirator in this life :)

Thursday 5 November 2015

''Ia punya rancangan masa depan, tapi tak takut menikmati hidup"

Inspired me
'Ketika Mas Gagah Pergi'
a novel by Helvy Tiana Rosa

.....

Kontemplasi senja hari ini
Gadis kecil coretkan lagi
Rindu yang seringkali ia bagi
Pada semestanya sendiri

Senja..
Izinkanlah gadis kecil bernostalgia
Pada secuil memori lama
Tempatnya menyusun cerita
lagu lama tentangnya

Dan biarkanlah sore ini
Untuk terakhir kali
Ia mengingat parasnya lagi
Juga gema suaranya yang amat berarti

Aisyah
18052001
atas coretannya di buku saya :)

Saat Hujan Mungkin Lupa



Saat hujan mungkin lupa
Seorang disini menyimpan tawa
Yang belum bisa ia bagi bersama deritanya

Saat hujan mungkin lupa
Seorang disini menanti kata
Penghibur segala rasa, remuk redam tak disangka

Saat hujan mungkin lupa
Seorang disini menyingkap tawa
Berpadu dengan simetri rasa tak biasa

Saat hujan mungkin lupa
Seorang disini berkawan air mata
Hingga ia tak sanggup menyekanya, barang sedikit saja

Saat hujan mungkin lupa. 
Ia merindu semuanya

Saat hujan mungkin lupa
Ia rindu masa lalunya

Saat hujan mungkin lupa
Ia rindu masa, saat ia belum tau arti tabu, cinta, dan bahagia

Saat hujan mungkin lupa
Ia rindu seorang yang telah mengisi hidupnya, mewarnai harinya

Saat hujan mungkin lupa
Rindunya sungguh menyiksa

Saat hujan mungkin lupa
Ada derita dibalik tawa

Saat hujan mungkin lupa
Ia selalu berkata 'aku baik-baik saja', 
walau hatinya penuh luka

Saat hujan mungkin lupa
Ia rindu bahagia

Saat hujan mungkin lupa...

XII IPA 2, 20 Oktober 2015

Thursday 23 July 2015

Secuil Nasihat

"Beruntunglah kau yang dicintai orang yang shalih; namamu tak berceceran di postingan; namamu hanya terlantun di setiap syair doanya.
Seorang yang shalih; cintanya padamu tidak terungkap dengan rayu manis atau gombalan semu; tapi cintanya terungkap dengan kerja, doa, dan ikhtiar tuk segera menghalalkanmu.
Tidak ada yang bisa terhindar dari jatuh cinta, termasuk orang-orang shalih; tapi cintanya unik, sebelum sampai di bumi, perasaanya sudah sampai di langit.
Sebab mencintaimu, hanyalah getaran dari cintanya pada Allah :)"


Nasihat dari seorang teman untuk kita semua- 

Tuesday 21 July 2015

For All Students :)


Dare to Dream, Dare to Reach it

Bismillah.

Lagi-lagi saya berbicara soal mimpi. Semoga tidak bosan J

Tulisan hasil pemikiran sederhana saya ini tiba-tiba muncul ketika saya mengetahui kabar bahwa “UN SMA Tahun Pelajaran 2015-2016 kabarnya akan maju dua bulan dari biasanya.” Spontan saya shock, begitu juga teman-teman. Yang kami pikirkan hanya “APA KAMI BISA?”
Saya sendiri tidak yakin. Meski sebagian besar materi pelajaran kelas 12 hanya mengulang pelajaran tahun sebelumnya, tapi justru ‘MENGULANG’ itu butuh energi besar dan mental kuat. Karena kami harus mengingat kembali segudang rumus (karena kami jurusan IPA) yang pernah diajarkan. Jika tidak terbiasa, mungkin kami akan stress duluan -_-

Dari situ pula saya berfikir “Ya Allah, masa depan kami terasa begitu dekat, yang mau tidak mau kami harus menghadapinya.” Walaupun, setiap hari adalah masa depan dari hari-hari sebelumnya J
Dare to Dream. Berani bermimpi. Berani bercita-cita.
Kata itu semakin menguatkan saya ketika tempo hari saya pergi ke toko buku untuk membeli buku-buku latihan soal UN maupun SBMPTN. Ketika itu saya berdiskusi dengan ayah saya.
“Kalau mau milih jurusan, harus tentukan dulu cita-citamu, Lif. Setelah itu sesuaikan dengan passion (bakat)  dan ability (kemampuan)mu.”
Ya. Kita harus dan wajib berani bermimpi! Karena dalam mimpi dan cita-cita itu, terdapat sebagian tujuan hidup kita bukan? Apa jadinya hidup bila kita tak mempunyai cita-cita? Mungkin kita menjadi pribadi yang tak terarah, karena tidak punya tujuan hidup, dan kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak bisa kita duga.

Dare to Reach it. Berani mewujudkannya.
Setelah bermimpi, tentu ada konsekuensi dari “keberanian untuk bermimpi” itu sendiri. Ya. Salah satu konsekuensi itu adalah “Berani Mewujudkannya”.
Jika kita hanya berani bermimpi namun tidak berusaha mewujudkannya, maka sama saja, semua mimpi itu nothing, tidak ada apa-apanya.
“Kalau kamu pilih jurusan ekonomi, sedangkan sekarang kamu jurusan IPA, berarti kamu harus belajar dua kali lipat. Belajar IPS sendiri, juga belajar IPA. Itu konsekuensi, Lif.” Begitu kata ayah saya.
Setelah semua usaha dan ikhtiar kita lakukan, serahkan semua hasilnya pada Allah. Kita bertawakkal pada-Nya. Seperti ayat dalam Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 159 “...Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.” Allah sangat ‘bermain’ dalam penentuan hasil apa yang telah kita usahakan. Maka, mari bersama-sama kita berikhtiar untuk menjadi pribadi bermanfaat, yang hadirnya dibutuhkan oleh ummat, dengan cara-cara yang tentu diridhoi-Nya.

Faidzaa ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah.

Semoga bermanfaat J


Alhamdulillah. 

Monday 13 July 2015

Teriring Doa

Bismillah.

Tulisan kali ini sangat sederhana, tapi dari kesederhanaan itulah yang membuatnya berharga.

Saya harus bersyukur dengan semua karunia-Nya. Berada di lingkungan yang baik, memiliki orang-orang yang tulus mendoakan dan men-support saya, entah ketika saya sedang down, ketika sedang bersuka cita, dan kapanpun itu.

















Semoga Allah mengijabah doa-doa antum semua. Dan menjadikan motivasi bagi saya untuk terus melanjutkan perjuangan menjaga Kalam Ilahi-Nya.

Jazakumullah Khairan Jaza' atas segala doa, dukungan, perhatian dan segala bentuk empati maupun simpati untuk saya. Semoga Allah memudahkan urusan kita semua. 

Dengan penuh rasa syukur
Alifa Dzakiyah


Wednesday 8 July 2015

Ketika Allah Berkehendak..

Bismillah.

Saya menulis ini bukan berarti saya sudah baik. Namun semoga, apa-apa yang saya tulis disini dapat diambil sedikit manfaatnya. Sungguh, jika dibandingkan dengan teman-teman saya yang lain, saya berada jauh di bawah mereka. Dan, hina diri ini tak lebih hanya ingin berbagi hikmah apa yang pantas dibagi dan mengamalkan salah satu ayat Allah "Wa Ammaa bi Ni'mati Rabbika Fahaddits". Itu saja.

Jadi ceritanya.. Hari Sabtu, 4 Juli kemarin menjadi Historical Day bagi saya. Karena tepat pada pukul 8 pagi lewat 55 menit, di umur saya kira-kira yang ke 16 tahun 10 bulan, Alhamdulillah, Biidznillah.. Saya menyelesaikan ziyadah (menambah hafalan) terakhir saya, tepat satu jam sebelum kepulangan Ramadhan dan Idul Fitri ke rumah. Bersama salah satu teman saya yang hafidzah juga sudah menjadi ustadzah di pondok tempat saya belajar. Betapa perjuangan saya saat itu menjadi kenangan yang tidak akan saya lupakan. Perjuangan ketika teman-teman lain packing untuk pulang, saya justru nyantai dan i'tikaf di musholla pondok untuk menyelesaikan hafalan saya. Dan karena itu pula, saya mengganggu packing teman yang akan menyimak hafalan saya. Forgive me :) Tetapi dibalik itu semua, ia tulus menyimak saya dan sempat mengatakan kepada saya, "Lif, Barakallah ya..", "Apaan, belum selesai juga..", "Pokoknya, aku mau jadi orang pertama yang ngucapin Barakallah ke kamu..", "Aneh banget.. Ya ntar lah Fi, kalo udah selesai.. Doain ya. Sebelum pulang pokoknya udah harus selesai!", "Semangat ya, Lip!". Itulah sedikit cuplikan percakapan dengan teman saya. Betapa saya harus mensyukuri salah satu nikmat-Nya mempunyai teman-teman, kakak kelas, adik kelas, ustadz-ustadzah, dan keluarga yang selalu mensupport saya. Alhamdulillah. 

Saya juga teringat dengan Proposal Hidup yang saya buat. Disitu tertera "Hafal 30 juz dan bisa mengamalkannya dalam kehidupan". Betapa kekuatan doa yang diwujudkan dalam bentuk 'Proposal Hidup' kepada Allah, benar-benar nyata. Meskipun dalam pengamalan isi Al Qur'an, saya masih terseok-seok, tapi InsyaAllah akan terus berusaha. Jika sudah berniat, maka saya percaya Allah yang akan memberi jalannya, Allah yang memampukan, Allah juga yang akan menyempurnakan pertolongan-Nya, selama kita meminta dan terus meminta kepada-Nya.

Saya juga teringat nasihat seorang ustadzah kepada kami. "Mbak.. Bersyukurlah kalian, sejak umur belia sudah mengenal Al Qur'an, sudah menghafal Al Qur'an, sudah mengerti sebagian isinya.." Lalu kami bertanya, "Bagaimana dengan ustadzah? Saya rasa, ustadzah juga paham isi Al Qur'an.. Buktinya, ustadzah bisa mendidik kami dengan begitu bijaknya..". "Terkadang ustadzah malu, mbak.. Ustadzah malu dengan sahabat-sahabat Rasul terdahulu, salah satunya Khalid bin Walid.", "Ada apa dengan Khalid bin Walid, ustadzah?" Saya semakin penasaran. "Ketika itu, Khalid bin Walid memegang mushafnya sambil berkata 'Syagholatnii 'Ankal Jihaad..' Jihad telah menyibukkan aku darimu, wahai Kalamullah.." 
Mata saya berkaca-kaca. "Khalid bin Walid tidak menghafal Al Qur'an seperti sahabat lain karena disibukkan oleh jihad, menjadi panglima dalam banyak peperangan, sedangkan ustadzah.." Ustadzah itu menunduk. "Ah, mbak.. Sekarang ustadzah sudah punya anak. Semangat menghafal ustadzah baru muncul ketika ustadzah menikah. Dan sekarang, ustadzah sibuk ngurus anak.." 

Begitu kira-kira nasihat ustadzah kepada saya, kepada teman-teman. 
Maka, bersyukurlah wahai jiwa yang didalam hatinya sudah terpatri Kalamullah.
Berbahagialah wahai jiwa yang didalam hatinya sudah berazzam untuk menjaga kitab-Nya sampai akhir hayat. 
Tinggal bagaimana kita mengamalkan apa yang setiap hari kita baca, yang kita hafal, dan kita jaga itu dalam kehidupan. 
Perlahan tapi pasti, mari bersama kita menjaga sekaligus mentadabburi ayat-ayatNya dengan penuh keikhlasan. 

"Dan sungguh telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk peringatan. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (QS. Al Qomar: 17, 22, 32, 40)

Allahummarhamnaa bil Qur'an..

Tuesday 7 July 2015

"You must know that there's nothing higher, or stronger, or sounder, or more useful afterwards in life, than somegood memory, especially a memory from childhood, from the parental home. You hear a lot said about your education, yet some such beautiful, sacred memory preserved from childhood is perhaps the best education. If a man stores up many such memories to make into life, then he is saved for his whole life. And even if only one good memory remains with us in our heart, that alone may serve some day for our salavation."

"Doestoevsky's-The Brothers Karamazou"
"Selalu ada yang tersisa dari masa lalu yang ingin kita tinggalkan. Selalu ada yang tertinggal dari pribadi lampau yang hendak kita lupakan. Sebab kita manusia, perubahan yang paling tajam dan menyeluruh pun masih akan meninggalkan sudut-sudut bergeming"

Salim A. Fillah dalam bukunya, Lapis-Lapis Keberkahan.

XII IPA 2


Bismillah..

Ketika mendengar seorang teman berkata, "Welcome kelas 12...", sontak saja saya kaget dan setengah tidak percaya. Ketika laporan hasil belajar kelas 11 dibagikan, teman saya bergumam "Cepet banget.. Ngga kerasa udah mau kelas 12.." Pun begitu dengan apa yang saya rasa. Ada sedikit rasa takut ketika tau, saya akan memasuki dunia baru, kelas 12. Ketakutan itu bermacam-macam. Takut gagal, takut terjatuh, dan ketakutan-ketakutan lain. Pernah ada seorang ustadz berkata, "Apa yang kalian rasakan ketika masuk kelas 12, mbak? Sudah siapkah kalian untuk dikembalikan kepada ummat, setelah 3-6 tahun kalian diasingkan untuk mempersiapkan kalian menjadi generasi Robbani yang bermanfaat untuk ummat?" Jujur saja, saya tersentak dengan kata-kata ustadz tersebut yang sekaligus menjadi motivasi bagi saya untuk tidak pernah berhenti berjuang, dan tidak takut akan apapun yang terjadi di masa depan.
Mungkin catatan ini berlebihan atau memang berlebihan bagi orang lain, tetapi bagi saya, ini adalah langkah awal menuju hari-hari kelas 12 nantinya. Dan dari setiap detik kehidupan yang saya lalui, membuat saya mengerti bahwa kita memang tidak bisa memnetukan akan seperti apa masa depan kita. Tetapi kita bisa mengusahakan agar masa depan itu seperti yang kita inginkan. Biidznillah..

Alhamdulillah.

Wednesday 20 May 2015

Deja Vu?

Parangtritis, 20 Juni 2010

Aku melihat kalian, sembari memandang karang-karang kokoh itu
Aku melihat kalian tertawa lepas, bebas, tanpa sesuatu yang membebani
Setelah 'tarik tambang' sederhana itu, aku merenung
'Apa aku akan kembali, berpijak di bumi yang sama, menikmati indah kebersamaan kalian disini?'
Tapi aku sadar, aku tak pernah tau apa yang akan terjadi, hari ini, esok, lusa, dan seterusnya
Dan..
Tempat ini menjadi sejarah, serta akhir kebersamaaan kita
Aku harap, suatu saat aku dapat menginjakkan kaki lagi disini, meski hanya bersama kenangan yang pernah kita ukir dahulu


Parangtritis, 17 mei 2015

Aku kembali, setelah hampir lima tahun aku meninggalkan tempat ini
Tak banyak yang berubah
Karang-karang kokoh yang dahulu ku lihat, masih tetap sama

Aku menghirup sejuknya udara pagi
Aku bersyukur bisa merasakan atmosfer Jogja yang lama kurindui

Sesaat, terlintas bayangan saat kita bercanda, saling melempar tawa, membuat istana pasir yang entah saat ini dimana ia-nya

Aku berdiri
Berpijak di tepi  pantai ini,
di tengah deru ombak pagi,
menikmati siluet mentari, 
merasakan hembus angin menerpa diri

Aku ingin berandai kalian disisiku saat ini, tapi tak mungkin
Aku berkata dalam hati
"Ya Rabb.. Jaga dan lindungi teman, sahabat, serta guruku dimanapun mereka berada. Semoga apa yang terukir lima tahun lalu dapat menjadi ibrah untukku, untuk mereka, untuk masa depan kami"

Wednesday 13 May 2015

Be Sincere, please..


Bismillah.

Kisah ini bermula ketika salah seorang teman saya bertanya "Lif, sebenernya kamu pengen ikut LTT (Lomba Temu Tegak-Pramuka) nggak sih?"
"Hmm.. Sebenernya pengen, tapi aku bisa apa?" Saya menjawab dengan setengah tertawa, karena memang konyol dan agak impossible, seorang saya yang suka pramuka tetapi 'tak bisa apa-apa' ingin mengikuti lomba pramuka. Apalagi, kali terakhir saya ikut kemah ketika saya duduk di kelas dua SMP. Tetapi entah kenapa saya masih berharap bisa ikut LTT itu. Mungkin karena saya merasa tak banyak lagi kesempatan untuk ikut kompetisi eksternal dikarenakan saya sudah berada di ujung kelas dua SMA yang jika Allah mengizinkan, beberapa saat lagi akan naik tingkat ke kelas tiga SMA, dan itru artinya saya sudah harus fokus dengan berbagai macam ujian. 

Setelah percakapan yang 'tak sengaja' itu, salah seorang teman memberi tahu saya "Lif, kamu ikut LTT ya, gantiin temen yang lain soalnya dia nggak bisa ikut"
Saya kaget. "Kok bisa? Tapi aku bisa apa?"
"Yaudah nggak penting itunya, kalo latihan terus InsyaAllah bisa.. Semangat, Lif!"
Saya melongo dan masih bingung. 
"Ya Rabb.. Dulu aku memohon kepada-Mu agar aku dapat mengikuti lomba ini. Tetapi setelah Kau beri aku kesempatan....." Ah!

Ditambah lagi, saya diberi amanah untuk jadi PINSA atau Pimpinan Sangga di sangga putri perwakilan kontingen sekolah saya. "Ya Allah.." Hanya itu yang bisa saya ucapkan kala itu.

Tetapi dari itu semua saya banyak belajar setelah saya berdiskusi banyak dengan salah seorang teman, "Aku mau ikut, tapi aku nggak mau jadi pinsa. Aku nggak pernah minta jadi pinsa."
"Rasulullah juga nggak pernah minta jadi rasul, Lif.." 
Astaghfirullah. Saya tersadar, bahwa apa yang saya ucapkan seperti menyalahkan Allah, seperti menolak ketetapan-Nya.

Terkadang kita 'harus' menerima sesuatu yang Allah beri tanpa syarat.
Seringnya, ikhlas merupakan sesuatu yang paling sulit kita lakukan, padahal dibalik itu semua, Allah sudah menyiapkan berlipat pahala dan Jannah yang dijanjikan-Nya.

Allahummaghfirlanaa..





Saturday 25 April 2015

Waktu

Bismillah..

Tak terasa, saat ini saya sudah berada di penghujung kelas dua SMA.
Tak terasa, hari-hari menuju UKK makin dekatnya.
Tak terasa, bulan Ramadhan tinggal menghitung hari saja.
Tak terasa, tinggi badan adik hampir menyamai saya.
Tak terasa, uban di kepala abi semakin lebatnya.
Tak terasa, umi sudah mulai ringkih tenaganya.
Tak terasa, gigi susu adik mulai tanggal satu persatu.

Sungguh, kita tidak bisa merasakan berlalunya waktu sampai kita sadar bahwa segalanya memang sudah berlalu.
Lalu apa?
Kata orang,
Waktu adalah pedang. Siapapun yang tidak menggunakannya dengan baik, maka waktu itu sendiri yang akan membunuhnya.
Kata orang juga,
Waktu adalah uang. Bagi manusia saat ini, mungkin uang adalah segalanya. Maka begitu juga dengan waktu. Tidak memanfaatkannya dengan baik sama dengan menyia-nyiakan waktu itu sendiri.

Allah membahas secara khusus tentang waktu dalam Surah Al 'Ashr.
Bahkan disitu, Allah bersumpah atas nama waktu bahwa manusia benar-benar dalam kerugian.
Sadarkah kita?
Mungkin terlihat sepele atau memang sepele.
Tapi lihatlah orang-orang sukses itu,
Mungkin mereka mengenal kata 'lelah'.
Tapi mereka tak mengenal kata 'istirahat'.
Setelah kegiatan satu selesai, sedikit jeda atau bahkan tidak sama sekali, mereka langsung melakukan kegiatan lainnya.

Kadang saya iri melihat orang yang bisa me-manage waktunya dengan baik.
Itu berarti ia adalah orang yang menghargai waktu.

Mari manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,
karena walau kita meminta ia kembali, dengan tersenyum ia melambaikan tangan dan berkata "selamat tinggal"

Alhamdulillah.


Friday 24 April 2015

The Amazing 'Drama Arena'

Bismillah..


Cerita ini bermula saat OSIA (OSIS) bagian Ta'lim PPTQ Ibnu Abbas membuat program kerja OSIA. Dari diskusi panjang dan alot itu tercetuslah satu program kerja bernamakan "Drama Arena". Yaitu bermain peran dengan seluruh dialognya menggunakan bahasa asing.
Dan OSIA mendapat giliran pertama untuk tampil dan memberi 'contoh' kepada yang lain.

Persiapan tak lebih dari dua pekan.
Dengan anggota OSIA yang beranggotakan 66 orang.
Mengoordinir berpuluh pribadi beragam.
Ditambah pelafalan bahasa inggris yang 'menuntut' belajar.
Banyaknya perlengkapan yang dibutuhkan.
Rumitnya dekorasi yang harus diselesaikan.
Lelahnya raga ketika dua pekan harus begadang.

Dan..
Segala puji bagi Allah.
Semuanya terbayar.
"MINE"
Riuh penonton menyaksikan.

Aku bersyukur dalam hati.
Aku tersenyum di belakang.
Kuacungkan jempol untuk kalian dan usaha kalian.
Aku menangis malu dan bahagia.
Malu karena aku tak bisa berbuat banyak.
Bahkan, tanpaku sedikitpun, aku yakin kalian bisa dengan izin-Nya.
Dan, bahagia karena memiliki kalian.
Semangat kalian, usaha kalian, tangis, senyum dan tawa kalian..
Adalah pengerat ukhuwah ini.
Pengobat lara ini.

Satu ibrah yang dapat ku petik dari Drama Arena ini.
Kalian bisa! Kita bisa jika kita mau disertai usaha.
Benar kata orang.
Semakin keadaan 'menekan', semakin terpaculah kita.

Tiada kata selain..
Aku mencintai kalian karena Allah.
Semoga kita selalu istiqomah menjalankan amanah dan tanggung jawab ini, bersama :)


Wednesday 22 April 2015

Aku ingin terus berjuang
Selama kaki ini masih bisa berjalan
Walau harus terseok tak karuan

Aku ingin terus berjuang
Selama mata ini masih bisa memandang
Walau toh hanya kedipan

Aku ingin terus berjuang
Selama nafas ini masih dalam hirupan
Walau kadang sesenggukan

Aku ingin terus berjuang
Selama jiwa ini masih ber'azzam
Walau dalam perjalanannya harus dahaga dan kelaparan

Aku ingin terus berjuang di jalan-Mu Rabbii..
Apapun kondisinya
Bagaimanapun keadaannya.

Allahumma irhamnaa..
 

Friday 10 April 2015

Kadang kenangan begitu saja menghampiri tanpa permisi..
Lalu pergi tanpa seizin hati..
Aku bertanya,
masihkah kau mengingatku?
Tapi aku tak berharap begitu.
Biar waktu yang merawat luka dan segala deritanya.

Wednesday 21 January 2015

Untitled #5

"Kita sadar bahwa kita tak bisa memilih takdir. Maka Allah mengirim kita dalam hidup ini untuk belajar ikhlas dan berlapang dada menerima semua yang telah Allah rencanakan untuk kita dengan begitu indahnya :)"

:: Alifa Dzakiyah ::

Merenda Harap

Pandemi belum juga berakhir Satu dua hal yang direncanakan seolah mangkir Sesuatu yang tak pernah terfikir Atas kuasa-Nya begitu saja hadir ...