Bismillah
Rabu, 9 Desember 2015.
Cerita ini bermula ketika teman
saya Faizah, izin pulang lebih cepat dari waktu perpulangan yang telah
ditentukan pondok. Ada sedikit rasa ingin tahu mengapa ia pulang lebih dulu.
Setelah mencari informasi ke
sana-sini, barulah saya paham alasan ia pulang lebih cepat. Ia akan mengikuti
program tahfidz selama satu bulan di kota nun jauh disana. Entah mengapa ada
sedikit rasa kehilangan akan sosoknya. Padahal jelas saya tahu, nantinya ia
akan kembali lagi.
Jum’at 11 Desember 2015.
Ketika saya berbincang dengan
salah seorang teman seusai shalat isya’ di musholla, pandangan saya tertuju
pada Aisyah, adik kelas yang beda tiga tahun dengan saya. Lalu ia berjalan
menghampiri saya.
“Mau pulang, Syi?”
“Iya ukh, pamit ya..” Jawabnya.
“Iya.. Kapan balik ke pondok
lagi?”
“Sekitar tanggal 13-an
InsyaAllah.”
“Kok lama banget?” Saya sedikit
kaget.
“Mau ikut Super Manzil di
Bogor itu, ukh..”
“Ya Allah...” Saya masih tidak
percaya.
“Semoga sebelum lulus aku udah
hafal 15 juz, kalau bisa lebih.” Kata Aisyah sambil tersenyum.
“Pamit ya, ukh.. Doakan aku..”
Katanya lagi sambil memegangi tanganku.
“Hati-hati ya Syi.. Baik-baik
disana..”
Aisyah tersenyum dan pergi.
Lagi-lagi ada sedikit rasa
kehilangan dalam hati saya. Padahal sekali lagi saya tahu, bahwa Aisyah akan
kembali setelah selesai mengikuti program tahfidz itu, seperti Faizah.
Setelah selesai berbincang dengan
teman saya di musholla, saya lekas pergi untuk kembali ke kamar.
Dalam perjalanan
pulang menuju kamar, saya bertemu lagi dengan Aisyah.
“Belum berangkat, Syi?”
“Belum, ukh..”
Tiba-tiba ia memeluk saya. Erat.
Saya hampir meneteskan air mata.
“Doakan aku ya, ukh..”
“InsyaAllah..”
Entah mengapa, malam itu saya
merasa kehilangan akan dua sosok seperjuangan di pondok ini hanya karena mereka
akan berjuang menggapai mimpi masing-masing.
Saya termenung di teras depan
kamar, masih saya lihat Aisyah membereskan barang-barang dan memasukkannnya ke
mobil.
Saya berteriak.
”Hati-hati, Syiii...”
“InsyaAllah.. Doakan aku
nyusul Ukhti Alifaa...” Katanya sambil berteriak pula.
Dan mobil yang mengantarnya
pulang pun pergi.
Sungguh, malam itu saya banyak
merenung. Me-rethought pikiran dan asa yang sempat tenggelam. Faizah dan Aisyah
berkorban dan berjuang untuk meraih impian, sedangkan saya? Masih duduk terdiam
dalam lamunan.
Ya Allah, apakah ini bentuk
teguran-Mu untukku?
Teguran atas segala keputusasaanku
selama ini?
Untuk kalian, Faizah dan Aisyah, sosok
yang mengingatkan saya akan harapan..
Terimakasih telah memberiku
semangat atas kepergian, perjuangan, dan pengorbanan kalian. Semoga Allah
memudahkan segala urusan.
Semoga Allah memudahkan kita
dalam menjaga setiap kalam-Nya.
No comments:
Post a Comment