Tuesday, 29 December 2015

A Part of My Dream Journey #1

Bismillah
Rabu, 9 Desember 2015.

Cerita ini bermula ketika teman saya Faizah, izin pulang lebih cepat dari waktu perpulangan yang telah ditentukan pondok. Ada sedikit rasa ingin tahu mengapa ia pulang lebih dulu.

Setelah mencari informasi ke sana-sini, barulah saya paham alasan ia pulang lebih cepat. Ia akan mengikuti program tahfidz selama satu bulan di kota nun jauh disana. Entah mengapa ada sedikit rasa kehilangan akan sosoknya. Padahal jelas saya tahu, nantinya ia akan kembali lagi.

Jum’at 11 Desember 2015.

Ketika saya berbincang dengan salah seorang teman seusai shalat isya’ di musholla, pandangan saya tertuju pada Aisyah, adik kelas yang beda tiga tahun dengan saya. Lalu ia berjalan menghampiri saya.

“Mau pulang, Syi?”
“Iya ukh, pamit ya..” Jawabnya.
“Iya.. Kapan balik ke pondok lagi?”
“Sekitar tanggal 13-an InsyaAllah.”
“Kok lama banget?” Saya sedikit kaget.
“Mau ikut Super Manzil di Bogor itu, ukh..”
“Ya Allah...” Saya masih tidak percaya.
“Semoga sebelum lulus aku udah hafal 15 juz, kalau bisa lebih.” Kata Aisyah sambil tersenyum.
“Pamit ya, ukh.. Doakan aku..” Katanya lagi sambil memegangi tanganku.
“Hati-hati ya Syi.. Baik-baik disana..”

Aisyah tersenyum dan pergi.

Lagi-lagi ada sedikit rasa kehilangan dalam hati saya. Padahal sekali lagi saya tahu, bahwa Aisyah akan kembali setelah selesai mengikuti program tahfidz itu, seperti Faizah.
Setelah selesai berbincang dengan teman saya di musholla, saya lekas pergi untuk kembali ke kamar. 
Dalam perjalanan pulang menuju kamar, saya bertemu lagi dengan Aisyah.

“Belum berangkat, Syi?”
“Belum, ukh..”
Tiba-tiba ia memeluk saya. Erat. Saya hampir meneteskan air mata.
“Doakan aku ya, ukh..”
“InsyaAllah..”

Entah mengapa, malam itu saya merasa kehilangan akan dua sosok seperjuangan di pondok ini hanya karena mereka akan berjuang menggapai mimpi masing-masing.
Saya termenung di teras depan kamar, masih saya lihat Aisyah membereskan barang-barang dan memasukkannnya ke mobil.

Saya berteriak.
”Hati-hati, Syiii...”
“InsyaAllah.. Doakan aku nyusul Ukhti Alifaa...” Katanya sambil berteriak pula.
Dan mobil yang mengantarnya pulang pun pergi.

Sungguh, malam itu saya banyak merenung. Me-rethought pikiran dan asa yang sempat tenggelam. Faizah dan Aisyah berkorban dan berjuang untuk meraih impian, sedangkan saya? Masih duduk terdiam dalam lamunan.

Ya Allah, apakah ini bentuk teguran-Mu untukku?
Teguran atas segala keputusasaanku selama ini?

Untuk kalian, Faizah dan Aisyah, sosok yang mengingatkan saya akan harapan..
Terimakasih telah memberiku semangat atas kepergian, perjuangan, dan pengorbanan kalian. Semoga Allah memudahkan segala urusan.
Semoga Allah memudahkan kita dalam menjaga setiap kalam-Nya.



No comments:

Post a Comment

Merenda Harap

Pandemi belum juga berakhir Satu dua hal yang direncanakan seolah mangkir Sesuatu yang tak pernah terfikir Atas kuasa-Nya begitu saja hadir ...