Friday 13 May 2016

Membaur, tetapi Tak Melebur

Bismillah.


 Sudah lama sekali saya tidak menulis sesuatupun disini. Ya, sepertinya berbagai macam kesibukan telah menyita waktu saya untuk sekedar menulis sepatah atau dua patah kata disini :) Tapi tak apa, Alhamdulillah Allah masih memberi saya kesempatan untuk menulis kembali.

Cerita ini bermula dari beberapa bulan lalu. Bulan-bulan dimana saya dan kawan-kawan harus ekstra "BELAJAR" demi menaklukkan sebuah tantangan bernama "UJIAN NASIONAL". Dan Alhamdulillah, kami dapat melewati ''masa-masa ujian'' itu dengan baik.

Perjuangan belum berakhir. Setelah Ujian Nasional selesai, kami harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian masuk perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Singkat cerita, saya pulang ke rumah selama kurang lebih 1,5 bulan untuk mengikuti bimbingan belajar/les sebagai persiapan mengikuti SBMPTN.

Nah, di tempat les itulah saya mendapatkan banyak hal. Teman baru, guru baru, pelajaran baru (karena SMA saya mengambil jurusan IPA, sedangkan kuliah saya mengambil kelompok soshum/IPS), dan suasana baru tentunya.

Pertama kali saya masuk, saya sedikit kaget atau bisa dibilang sempat mengalami culture shock. Saya yang notabene ''anak pondok'', sedikit banyak pasti 'kudet' soal kehidupan di luar. Teman-teman les yang memakai jilbab transparan, pakaian yang membentuk tubuh, kata-kata keseharian yang terucap, dan tingkah laku lain yang selama ini jarang saya temui. Tapi saat itu saya sadar, dengan ke'berbedaan' saya, saya tidak boleh minder dan kuper. Justru saya harus membaur dan menunjukkan bahwa saya juga bisa 'seperti' mereka. Membaur tetapi tidak melebur. Begitu prinsip saya saat itu. Dan Alhamdulillah, sampai hari ini, saya sudah bisa membaur dengan mereka, dan hampir setiap hari melempar canda.

Mungkin itu terbilang hal yang sepele di mata pembaca sekalian, tetapi tidak bagi saya.
Dengan suasana seperti itu (di tempat les), setidaknya saya sudah mendapatkan sedikit gambaran bahwa, akan seperti itulah kehidupan saya nanti. Tidak homogen, tetapi dengan keberagaman perspektif serta prinsip hidup. Dan tentu, kewajiban berdakwah selalu ada disana. Perlahan tapi pasti.

Selamat Berjuang, kawan! Semoga Allah selalu menyertai langkah kita semua.
Aamiin.  

Merenda Harap

Pandemi belum juga berakhir Satu dua hal yang direncanakan seolah mangkir Sesuatu yang tak pernah terfikir Atas kuasa-Nya begitu saja hadir ...