Wednesday 30 December 2015

Meaningful Holiday

Bismillah.


Libur kali ini berbeda. Selain intensitas harinya berkurang, peristiwa demi peristiwa yang terjadi pun berbeda. Entah, mungkin Allah meminta saya untuk memuhasabah diri.

Hari-hari sebelum liburan datang, saya sudah menyiapkan segudang rencana, dan menyusun dengan rapi apa saja yang ingin saya lakukan di liburan nanti. Namun ternyata Allah berkehendak lain. Abi, satu-satunya orang yang bisa mengantar saya, dan kami sekeluarga berlibur kemana saja, diberi cobaan oleh Allah atas remuknya tulang telapak kaki kiri Abi. Qadarullah. Siapa yang bisa menyangka akan terjadi seperti ini bila sudah ketetapan-Nya. Alhasil, rencana untuk pergi ke kampus dan beberapa tempat lainnya pun dibatalkan.

Namun justru dari sanalah saya jadi semakin banyak Birrul Walidain, kepada Abi, kepada Ummi. Sedih karena melihat kondisi Abi saat ini sampai kurang lebih enam bulan kedepan itu pasti, tetapi Abi pasti akan lebih sedih jika melihat anak-anaknya bersedih. Itu alasan saya untuk tetap kuat dan tegar membantu Abi dan Ummi selama sepekan ini.

Saya juga banyak belajar tentang ketulusan cinta yang tergambar jelas dari sikap Ummi. Dengan hati-hati, Ummi selalu membopong Abi ketika berjalan, menyuapi makanan, dan masih banyak lagi. Padahal, saya tahu raga Ummi tidak sekuat dahulu –karena Ummi sudah semakin tua-. Ditambah dengan banyaknya tamu yang menjenguk Abi. Saya merasakan betul, dan jelas melihat raut wajah Ummi yang sangat lelah. Tetapi senyum yang tersungging di bibir Ummi mengatakan bahwa Ummi tak ingin terlihat lelah.

Suatu hari saya berkata, 
“Mi, jadi nggak pingin balik ke pondok. Baliknya telat aja ya mi, izin ustadzah..”

“Lho, kenapa kok pingin balik telat?”

“Pingin bantu Ummi. Besok, dik Aufa juga balik ke pondok. Ummi nggak ada yang bantu..”

“Ya nggak seperti itu, Lif. Ummi juga pingin anak-anaknya pinter, cerdas. Kalau bantu Ummi terus di rumah nanti nggak jadi pinter.”

“Ya.. Waktunya libur, ya libur.. Waktunya kembali, ya kembali nduk.. InsyaAllah Allah sudah mengatur semua. Doanya Alifa saja untuk Abi, untuk Ummi, untuk adik-adik..”

Saya tercekat. Speechless.

Libur kali ini juga mengingatkan saya akan memori tahun lalu. Dimana saya dan keluarga menghabiskan waktu liburan bersama di kota wisata. Dan tahun ini, kami menghabiskan waktu libur bersama di rumah. Alhamdulillah ‘alaa Kulli Haal.

Allahummasyfi Abi. Get well soon, Abi.
Love Abi Ummi 



Tuesday 29 December 2015

A Part of My Dream Journey #1

Bismillah
Rabu, 9 Desember 2015.

Cerita ini bermula ketika teman saya Faizah, izin pulang lebih cepat dari waktu perpulangan yang telah ditentukan pondok. Ada sedikit rasa ingin tahu mengapa ia pulang lebih dulu.

Setelah mencari informasi ke sana-sini, barulah saya paham alasan ia pulang lebih cepat. Ia akan mengikuti program tahfidz selama satu bulan di kota nun jauh disana. Entah mengapa ada sedikit rasa kehilangan akan sosoknya. Padahal jelas saya tahu, nantinya ia akan kembali lagi.

Jum’at 11 Desember 2015.

Ketika saya berbincang dengan salah seorang teman seusai shalat isya’ di musholla, pandangan saya tertuju pada Aisyah, adik kelas yang beda tiga tahun dengan saya. Lalu ia berjalan menghampiri saya.

“Mau pulang, Syi?”
“Iya ukh, pamit ya..” Jawabnya.
“Iya.. Kapan balik ke pondok lagi?”
“Sekitar tanggal 13-an InsyaAllah.”
“Kok lama banget?” Saya sedikit kaget.
“Mau ikut Super Manzil di Bogor itu, ukh..”
“Ya Allah...” Saya masih tidak percaya.
“Semoga sebelum lulus aku udah hafal 15 juz, kalau bisa lebih.” Kata Aisyah sambil tersenyum.
“Pamit ya, ukh.. Doakan aku..” Katanya lagi sambil memegangi tanganku.
“Hati-hati ya Syi.. Baik-baik disana..”

Aisyah tersenyum dan pergi.

Lagi-lagi ada sedikit rasa kehilangan dalam hati saya. Padahal sekali lagi saya tahu, bahwa Aisyah akan kembali setelah selesai mengikuti program tahfidz itu, seperti Faizah.
Setelah selesai berbincang dengan teman saya di musholla, saya lekas pergi untuk kembali ke kamar. 
Dalam perjalanan pulang menuju kamar, saya bertemu lagi dengan Aisyah.

“Belum berangkat, Syi?”
“Belum, ukh..”
Tiba-tiba ia memeluk saya. Erat. Saya hampir meneteskan air mata.
“Doakan aku ya, ukh..”
“InsyaAllah..”

Entah mengapa, malam itu saya merasa kehilangan akan dua sosok seperjuangan di pondok ini hanya karena mereka akan berjuang menggapai mimpi masing-masing.
Saya termenung di teras depan kamar, masih saya lihat Aisyah membereskan barang-barang dan memasukkannnya ke mobil.

Saya berteriak.
”Hati-hati, Syiii...”
“InsyaAllah.. Doakan aku nyusul Ukhti Alifaa...” Katanya sambil berteriak pula.
Dan mobil yang mengantarnya pulang pun pergi.

Sungguh, malam itu saya banyak merenung. Me-rethought pikiran dan asa yang sempat tenggelam. Faizah dan Aisyah berkorban dan berjuang untuk meraih impian, sedangkan saya? Masih duduk terdiam dalam lamunan.

Ya Allah, apakah ini bentuk teguran-Mu untukku?
Teguran atas segala keputusasaanku selama ini?

Untuk kalian, Faizah dan Aisyah, sosok yang mengingatkan saya akan harapan..
Terimakasih telah memberiku semangat atas kepergian, perjuangan, dan pengorbanan kalian. Semoga Allah memudahkan segala urusan.
Semoga Allah memudahkan kita dalam menjaga setiap kalam-Nya.



Monday 28 December 2015

Inspiring People

Bismillah

Berbicara tentang hidup, berbicara pula tentang Inspiring People yang telah banyak memberikan inspirasi-inspirasinya secara langsung maupun tidak langsung kepada saya. Inspirasi-inspirasi yang membuat saya paham akan makna hidup dan segala perjuangan yang ada didalamnya.

1.      Rasulullah SAW

Tak usah ditanya, tentunya semua umat islam akan berkata “Rasulullah adalah tauladan kami”. Ya. Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pembawa risalah terakhir yang Allah utus untuk menyempurnakan seluruh akhlak manusia ini adalah nabi yang bersifat ma’shum, yakni terbebas dari dosa. Jadi, merupakan sebuah keharusan bagi kita untuk bisa meneladaninya. Semoga kita selalu istiqamah dalam menjalankan segala perintah-Nya dan sunnah Rasul-Nya.

2.      Abi (Ayah)

Semoga pembaca sekalian tidak bosan karena tulisan-tulisan saya sering bertema “Orang Tua”. Tapi memang begitu adanya. Bagi saya, Abi dan Ummi adalah inspirasi terbaik dalam hidup saya setelah Rasulullah tentunya.

Suatu pagi, Abi sedang membersihkan atap rumah yang sudah lama kotor dan tidak dibersihkan. Ketika itu, saya, ummi, dan kedua adik saya sedang beraktivitas di dalam rumah.

Tiba-tiba, kami dikagetkan oleh suara  atap runtuh.
Innalillah! Abi jatuh dari atap rumah. Sontak kami kaget. Para tetangga yang mendengar suara itu pun mendekat ke rumah saya dan membantu Abi untuk bangun.
Ummi, saya, dan kedua adik saya juga ikut keluar. “Ya Allah, Bi..” Ummi memekik.
Saya shock.

Abi terbaring dan terlihat masih shock. Sambil memegang kakinya dengan kesakitan, abi meminta tolong kami untuk mengambilkan air minum. Ada beberapa bagian telapak kaki yang lecet. Para tetangga ikut membantu mengambilkan obat merah untuk mengobati lecet di kaki Abi.
Abi masih memegang kakinya sambil sesekali merintih kesakitan.
Para tetangga menyarankan agar Abi dibawa ke ahli tulang terdekat, barangkali tulang kakinya bermasalah akibat menumpu badan agak lama sebelum Abi terjatuh dari atap. Abi setuju.

Singkat cerita, ternyata tulang kaki kiri abi remuk dan agak parah.
Keputusan dokter, kaki kiri Abi harus dioperasi dan perawatan selama enam bulan, serta harus menggunakan ‘krek’ untuk membantu berjalan. Allahuakbar!

Dan dalam keadaan seperti itu, Abi masih sempat berkata “Wah, nggak jadi jalan-jalan, Lif..” What an amazing Abi! Karena sebelum kejadian itu, Abi memang mengajak kami sekeluarga jalan-jalan bersama.

Setelah kejadian itu saya berfikir, ‘Selama enam bulan, abi nggak bisa nyetir mobil, naik motor, dan nggak bisa banyak beraktivitas.’ Ya. Allah mengambil kenikmatan itu dari kami selama beberapa bulan kedepan. Musibah ini adalah pelajaran besar bagi kami bahwa sebenar-benar tempat bergantung dan bertawakkal hanya kepada Allah. Fatawakkal ‘allallah.

Subhanallah..
Dari kejadian itu pula, saya semakin me-muhasabah diri saya bahwa Abi dan Ummi sudah semakin tua. Uban di kepala Abi sudah semakin banyak, tetapi saya –anak pertama yang menjadi harapan besar keduanya- masih begini-begini saja.

Abi adalah motivasi terbesar saya untuk menjadi anak dan wanita shalihah yang kemanfaatannya dibutuhkan oleh ummat.

Abi adalah pahlawan luar biasa yang Allah kirim dalam hidup saya.

Abi adalah salah satu inspirasi terbaik yang pernah saya temui dalam hidup saya.

Salah satu nasihat Abi yang selalu saya ingat, “Kamu belajar yang sungguh-sungguh biar jadi orang sukses dan bermanfaat. Tentang uang, biar Abi Ummi yang nyari. Nggak ada kelezatan kecuali setelah bersusah payah, Lif. Kamu harus lebih sukses dari Abi!” – Terharu.

Semoga, Alifa bisa menjadi seperti yang Abi, Ummi, dan Alifa harapkan.
Semoga, Alifa bisa menjadi Qurrata A’yun untuk Abi dan Ummi.
Semoga, Alifa dan adik-adik bisa memakaikan mahkota kemuliaan di Jannah-Nya kelak.

Allahummastajib du’aanaa.
Allahumma Rabbannaas, Adzhibil Baas, Isyfi Abi Antasy Syaafii, Laa Syifaa Illaa Syifaauka, Syifaa’an Laa Yughaadiru Saqaman.

3.      Ummi (Ibu)

Salah satu inspirasi terbaik selanjutnya adalah Ummi, ibu saya. Terutama dalam hal berdakwah. Saya acungkan dua jempol untuk Ummi.
Walau mengurus tiga anak yang berbeda jenis, watak, kebiasaan dan lain-lain dengan susah payah, tak menyurutkan langkah Ummi untuk berdakwah ke sana-sini.
Mengisi pengajian dari rumah satu ke rumah yang lain tanpa mengesampingkan amanah sebagai seorang istri dan ibu dari tiga anaknya. Subhanallah!

Ummi pula yang sering menguatkan saya, ketika saya sedang futur di pondok.
“Sudah tinggal setahun nduk, di pondok. Ayolah, dimaksimalkan, dikuat-kuatkan.. Doa Ummi, Abi, adik-adik InsyaAllah selalu menyertai Mbak Alifa disana.”
Semoga saya bisa meneladani jiwa berdakwah Abi dan Ummi yang tidak mengenal teriknya matahari {}

Thanks Allah, for giving me The Super Heroes, Abi and Ummi.

Thanks a lot Abi, Ummi for being My Best Inspirator in this life :)

Merenda Harap

Pandemi belum juga berakhir Satu dua hal yang direncanakan seolah mangkir Sesuatu yang tak pernah terfikir Atas kuasa-Nya begitu saja hadir ...