Tuesday, 21 July 2015

Dare to Dream, Dare to Reach it

Bismillah.

Lagi-lagi saya berbicara soal mimpi. Semoga tidak bosan J

Tulisan hasil pemikiran sederhana saya ini tiba-tiba muncul ketika saya mengetahui kabar bahwa “UN SMA Tahun Pelajaran 2015-2016 kabarnya akan maju dua bulan dari biasanya.” Spontan saya shock, begitu juga teman-teman. Yang kami pikirkan hanya “APA KAMI BISA?”
Saya sendiri tidak yakin. Meski sebagian besar materi pelajaran kelas 12 hanya mengulang pelajaran tahun sebelumnya, tapi justru ‘MENGULANG’ itu butuh energi besar dan mental kuat. Karena kami harus mengingat kembali segudang rumus (karena kami jurusan IPA) yang pernah diajarkan. Jika tidak terbiasa, mungkin kami akan stress duluan -_-

Dari situ pula saya berfikir “Ya Allah, masa depan kami terasa begitu dekat, yang mau tidak mau kami harus menghadapinya.” Walaupun, setiap hari adalah masa depan dari hari-hari sebelumnya J
Dare to Dream. Berani bermimpi. Berani bercita-cita.
Kata itu semakin menguatkan saya ketika tempo hari saya pergi ke toko buku untuk membeli buku-buku latihan soal UN maupun SBMPTN. Ketika itu saya berdiskusi dengan ayah saya.
“Kalau mau milih jurusan, harus tentukan dulu cita-citamu, Lif. Setelah itu sesuaikan dengan passion (bakat)  dan ability (kemampuan)mu.”
Ya. Kita harus dan wajib berani bermimpi! Karena dalam mimpi dan cita-cita itu, terdapat sebagian tujuan hidup kita bukan? Apa jadinya hidup bila kita tak mempunyai cita-cita? Mungkin kita menjadi pribadi yang tak terarah, karena tidak punya tujuan hidup, dan kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak bisa kita duga.

Dare to Reach it. Berani mewujudkannya.
Setelah bermimpi, tentu ada konsekuensi dari “keberanian untuk bermimpi” itu sendiri. Ya. Salah satu konsekuensi itu adalah “Berani Mewujudkannya”.
Jika kita hanya berani bermimpi namun tidak berusaha mewujudkannya, maka sama saja, semua mimpi itu nothing, tidak ada apa-apanya.
“Kalau kamu pilih jurusan ekonomi, sedangkan sekarang kamu jurusan IPA, berarti kamu harus belajar dua kali lipat. Belajar IPS sendiri, juga belajar IPA. Itu konsekuensi, Lif.” Begitu kata ayah saya.
Setelah semua usaha dan ikhtiar kita lakukan, serahkan semua hasilnya pada Allah. Kita bertawakkal pada-Nya. Seperti ayat dalam Al Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 159 “...Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.” Allah sangat ‘bermain’ dalam penentuan hasil apa yang telah kita usahakan. Maka, mari bersama-sama kita berikhtiar untuk menjadi pribadi bermanfaat, yang hadirnya dibutuhkan oleh ummat, dengan cara-cara yang tentu diridhoi-Nya.

Faidzaa ‘Azamta Fatawakkal ‘Alallah.

Semoga bermanfaat J


Alhamdulillah. 

No comments:

Post a Comment

Merenda Harap

Pandemi belum juga berakhir Satu dua hal yang direncanakan seolah mangkir Sesuatu yang tak pernah terfikir Atas kuasa-Nya begitu saja hadir ...