Saturday 18 July 2020

Persimpangan

Bismillah.
Alhamdulillah, setelah dua bulan 'mangkir' menulis, Allah gerakkan jemari saya untuk kembali ke sini,
setelah banyak hal terlewati.

Beberapa hari ini, banyak kabar membahagiakan, namun tidak sedikit juga kabar menyedihkan. 
Baru saja, ba'da maghrib tadi, Ayah memberi kabar bahwa salah seorang sahabat dekatnya telah Allah panggil menghadap-Nya. Sahabat yang merawat Ayah saya pasca operasi, sahabat Ayah saya yang begitu mulia cita-citanya; ingin membangun rumah sakit yang diperuntukkan khusus orang muslim. 
Beliau pernah menyampaikan, "Sudahlah, kita (para dokter) itu hidupnya biasa saja, yang sederhana saja, para ahli pendidikan itu sudah berhasil membangun banyak sekolah islam, masa kita para dokter belum bisa membangun rumah sakit islam."

Qadarullah, sebelum cita-citanya tercapai, Allah panggil terlebih dahulu ke sisi-Nya. 
Amal-amal baiknya menjadi kenangan di setiap orang yang mengenalnya. Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'afihi wa'fu 'anhu.

Satu bulan yang lalu, orang tua juga mengabarkan bahwa mereka telah kehilangan salah seorang sahabat terdekatnya pula. Sahabat yang telah merawat banyak pasien yang terinfeksi corona. Dan ternyata, corona juga merenggut nyawa sahabat kedua orang tua saya. 

Meskipun saya tidak mengenal sahabat orang tua saya secara personal, tapi saya turut merasakan kehilangan yang sangat. 
Bagaimana tidak, kehilangan orang yang telah banyak berjasa dalam hidup kita, kemudian Allah panggil, meninggalkan kenangan baik di setiap hati orang yang ditinggalkannya. 

Di masa pandemi ini, sepertinya, 'mati' adalah hal yang terlihat mudah. Setiap hari, kita disuguhkan berita tentang tenaga medis, karyawan, atau rakyat biasa yang meninggal karena terinfeksi Corona. 
Maka pertanyaannya adalah, sudah sejauh mana kita mempersiapkan diri untuk kehidupan yang nyata nanti?
Rumah yang kita miliki, pengetahuan yang kita miliki, karya yang kita cipta sendiri, sejatinya hanya titipan yang nantinya akan kembali. Hanya amal jariyah yang masih bertahan mengaliri diri kita di kubur nanti. Hidup ini bagai persimpangan di tengah jalan, sebelum nanti bertemu jalan terakhir yang akan mengantarkan kita kembali.

Maka mari bersama-sama menanggalkan ego kita sejenak untuk membantu dan meringakan beban saudara kita, bagaimanapun caranya asal diridhai-Nya.
Maka mari bersama-sama, kita mencari ladang kebaikan yang dengannya kita bisa menginvestasikan pahala yang mempermudah kita ketika datang hisab-Nya. 
Jangan sia-siakan ladang kebaikan yang telah menanti kita di depan mata, karena sekali lagi, kita mati tidak membawa apa-apa, hanya amal jariyah dan doa orang-orang yang 'sudi' mendoakan kita. 
Jangan hanya membangun networking dunia, tapi carilah networking akhirat dengan banyak membantu, beramal, agar nantinya orang yang kita bantu, orang yang kita ringankan bebannya di dunia, berkenan mendoakan kebaikan untuk kita. 

Semoga kelak Allah panggil kita dalam keadaan yang terbaik, dengan husnul khatimah.


Sidoarjo, 18 Juli 2020 9:18 PM




No comments:

Post a Comment

Merenda Harap

Pandemi belum juga berakhir Satu dua hal yang direncanakan seolah mangkir Sesuatu yang tak pernah terfikir Atas kuasa-Nya begitu saja hadir ...