
Pagi itu, kulihat bapak paruh baya mengantarkan dagangan kuenya ke koperasi sekolah. Ia membawa anaknya yang kira-kira berumur 5 tahun.
Tak hanya sekali.
Aku melihat bapak itu kembali esok harinya.
Dengan dagangan yang sama, dan ditemani oleh orang yang sama pula.
Aku tertegun.
Terus saja kupandangi bapak paruh baya itu.
Ingatanku melayang.
Pergi entah kemana.
Kisah kedua.
Siang ini, aku baru saja pulang ke rumah setelah mengantar adikku observasi masuk sekolah dasar.
Aku terus saja memacu motorku.
Ingin segera pulang.
Di pertigaan jalan, aku menyebrang.
Dan sampai pada tikungan tajam.
Lalu dari kejauhan, aku melihat seorang tua yang membawa dan mendagangkan mainan anak-anak yang entah ku tak tau namanya.
Aku mengurangi laju kecepatan motorku.
Tak sadar..
Ada rasa iba yang menyusup dalam hatiku..
Ah, perjuangannya sungguh membuat orang terkesima! Batinku.
Lalu terucap di bibirku rasa syukur yang seharusnya tak perlu alasan.

Ya Allah..
Betapa kami sering melupakan-Mu saat kami tertawa, bahagia atas nikmat-Mu.
Kami lupa, ada dzat yang senantiasa memberi kami ketenangan, kebahagiaan, dan semua kenikmatan..
"Rabbanaa Auzi'naa an Nasykuro Ni'matakallatii An'amta 'Alaynaa wa 'Alaa Waalidaynaa wa an Na'mala Shoolihan Tardhoohu wa Adkhilnaa bi Rohmatika fii 'Ibaadikash Shoolihiin"
Tak ada salahnya, melihat ke bawah guna muhasabah diri bahwa, banyak orang disekitar kita yang mungkin hidupnya jauh dari kata bahagia.
Dan tak ada alasan untuk tidak bersyukur.
Betapapun itu berupa musibah, atau cobaan.
Karena Allah ingin uji seberapa besar iman kita terhadap-Nya :)
Alhamdulillah.
No comments:
Post a Comment